Kamis, 15 Juli 2010
PD Solospel for Indonesian Charity in Switzerland'08
silat perisai diri - rare footage
Silat Perisai Diri UK Junior
Clurit Perisai Diri Semarang
Perisai Diri SMANAM Surabaya Demonstration 2008 Part 1
Demo Team PD NL Bela Diri
Demo Team PD NL Bela Diri
Silat Tanding Open Perisai Diri Championships
silat perisai diri - rare footage
SILAT PERISAI DIRI (TRAINING OF TECHNIQUE)
Perisai Diri International Championship F Putra Final 2005
Silat PERISAI DIRI Pekanbaru Mliwis
Senin, 12 Juli 2010
JANJI PERISAI DIRI
Kami Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI berjanji: Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia Mendahulukan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan Patuh pada perguruan dan melaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab azas dan tujuannya Memupuk rasa kasih sayang dan kekeluargaan di antara sesama anggota.
Sea Game 2009
Kamis, 17 Desember 2009 20:11 WIB
Vientiane (ANTARA News) - Tim silat Indonesia harus pulang dengan
menelan kekecewaan karena secara total hanya meraih dua emas dari
target semula lima medali pada SEA Games 2009 di Gedung Lao ITTEC
Vientiane, Kamis.
Satu tambahan emas dari empat pesilat Indonesia yang tampil di final
pada pertandingan hari terakhir itu diraih oleh I Komang Wahyu
Purbayasari di kelas 70kg, menyusul satu emas dari nomor ganda putra
yang diraih beberapa hari sebelumnya.
Komang yang merupakan pesilat terakhir Indonesia yang tersisa,
mengalahkan Min Swe dari Myanmar dengan skor telak 5-0.
Usai pertandingan, I Komang mengatakan ia hanya berusaha mengikuti
instruksi pelatih Catur Indro agar tampil lebih tenang dan sabar
menunggu saat untuk menyerang.
"Selain itu lawan saya dari Myanmar ternyata tidak terlalu bagus. Saya
justru harus bekerja keras pada babak-babak sebelumnya," kata pria
kelahiran 22 September 1986 itu.
"Selain saya juga sudah bertekad kepada diri sendiri bahwa saya datang
sendiri bukan untuk kalah, tapi untuk membawa medali emas," kata
Komang yang sekarang tercatat sebagai anggota Polda NTB dengan pangkat
Briptu.
Dukungan langsung yang diberikan Menpora Andi Malarangeng, Ketua
KONI-KOI Rita Subowo dan Ketua Kontingen Alex Noerdin ternyata masih
belum cukup untuk memompa semangat atlet untuk meraih kemenangan.
Dari empat nomor final yang diikuti tim silat Indonesia pada
pertandingan hari terakhir cabang silat tersebut, hanya satu medali
emas yang diraih melalui I Komang Wahyu Purbayasari.
Dari pada tiga nomor final sebelumnya, pesilat Indonesia berguguran
satu persatu, diawali oleh Pujo Hanoko dikelas 60kg putra.
Pujo tidak bisa berbuat banyak dan menyerah dengan skor telak 0-5
kepada Nguyen Ba Trinh dari Vietnam.
Pesilat asal PERISAI DIRI Bali Ni Nyoman Suparniti (kelas 65kg) yang diharapkan
menambah perolehan emas agar tidak semakin terpuruk, juga menyerah
kepada pesilat Vietnam Nguyen Thi Phuong Thuy dengan skor 1-4.
Sementara M.Sodik yang bertanding di kelas 65kg, juga kalah telak 0-5
dan kali ini kepada pesilat Thailand Chaiwat Nimma.
Manajer tim Bambang Rus Effendi secara khusus menyampaikan permintaan
maafnya kepada seluruh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat silat
karena hanya mampu merebut dua emas dan gagal mempertahankan gelar
juara seperti di SEA Games 2007 dengan meraih lima emas.
"Memang inilah yang dapat kita perbuat dan semua atlet sudah tampil
maksimal. Saya menyampaikan permintaan maaf karena tim pencak silat
tidak berhasil mencapai target yang diharapkan," kata Bambang.
Dengan berakhirnya cabang pencak silat yang total mempertandingkan 17
nomor, Vietnam keluar sebagai juara dengan meraih enam emas, empat
perak dan satu perunggu disusul oleh Malaysia dengan empat emas dan
enam perak.
Thailand berada di peringkat ketiga dengan dua emas, empat perak dan
empat, perunggu unggul selisih perak dengan Indonesia yang juga meraih
dua emas, tapi tiga perak dan tiga perunggu.
Bagi Indonesia, ini adalah hasil terburuk di SEA Games setelah di
Hanoi pada 2003 yang hanya merebut tiga emas.
Berikut perolehan medali untuk cabang silat:
Vietnam 6 4 1
Malaysia 4 0 6
Thailand 2 4 4
Indonesia 2 3 3
Singapura 1 2 5
Laos 1 2 4
Brunei 1 0 3
Myanmar 0 1 1
Filipina 0 1 1
PON 2012
Tahun 2012 Riau jadi tuan rumah penyelenggaraan PON XVIII. Tidak sekedar target sukses pelaksanaan, tetapi Riau juga mematok prestasi posisi lima besar.
Riauterkini-PALEMBANG- Riau akan menjadi tuan rumah pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII tahun 2012. Namun Riau tidak memasang target muluk-muluk, cukup masuk lima besar. Bila mungkin, Riau tentu ingin menjadi juara umum pada pesta olahraga bergengsi tingkat nasional itu.
Hal itu dikemukakan Gubernur Riau (Gubri) HM Rusli Zainal SE MP saat menjadi pembicara pada Seminar Nasional bertajuk "Mengembalikan Kejayaan Olahraga Indonesia" yang ditaja SIWO PWI Pusat sempena acara Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) di Palembang, Jum'at (5/2). "Kita tidak berharap muluk-muluk, target kita masuk lima besar. Kalau jadi juara umum, ya alhamdulillah," kata Gubri apa adanya.
Disebutkan Gubri, prestasi olahraga Riau dari tahun ke tahun terus membaik. Dulu, pada PON di Surabaya, Riau hanya peringkat ke-18, PON berikutnya di Palembang, Riau peringkat ke-11. Pada PON yang lalu di Kaltim, prestasi para atlit Riau terus membaik dan berhasil meraih peringkat ke-10. "Jadi alhamdulillah trennya terus meningkat," ulasnya dengan senyum mengambang.
Selain Gubri, hadir pada kesempatan itu sebagai pembicara Ketua Umum KONI Pusat Rita Subowo, Gubernur Sumsel Alex Nurdin, Gubernur Jawa Barat Heryawan dan Menpora yang diwakili Sesmennya. Gubri diundang karena Riau akan menjadi tuan rumah PON XVIII pada 2012 mendatang. Sementara Sumsel dan Jabar akan menjadi tuan rumah pada SEA Games 2011 mendatang.
Terkait kesiapan Riau sebagai tuan rumah, Gubri mengatakan bahwa hingga kini persiapan pembangunan venues sudah mencapai 84 persen, tinggal sekitar 16 persen yang belum tuntas. Makanya, bila tak ada halangan, dipastikan jauh sebelum penyelenggaraan PON, yakni pada akhir 2012, pembangunan venues-venues sudah selesai. "Dengan dukungan semua pihak, kita akan segera menyelesaikan semua pembangunan venues-venues yang diperlukan," urai Gubri.
Gubri kembali menegaskan bahwa pembangunan venues-venues ini dipusatkan di 4 universitas di Riau, yakni UNRI, UIN, Unilak dan UIR. Begitu juga dengan pembangunan rusunawa yang akan menjadi tempat penginapan atau perkampungan atlit. "Kami memang sengaja membangun di sekitar kampus, karena nanti bila PON sudah selesai, semua itu bisa dimanfaatkan oleh kampus-kampus itu," kata Gubri seraya menambahkan bahwa konsep pembangunan venues juga harus bersahabat dengan lingkungan atau green area, sehingga tampak asri dan tidak gersang.
Gubri juga menyebut empat sukses yang ingin diraih Riau sebagai tuan rumah, yakni sukses penyelenggaraan, sukses prestasi, sukses pemberdayaan ekonomi rakyat dan sukses promosi daerah. "Ini yang ingin kita capai sebagai tuan rumah," ucapnya.***(rls)
Sumber: http://www.riauterkini.com/raga.php?arr=27911
Perisai Diri International Championship
Jakarta- Sekitar 500 pesilat dari 10 negara dan 25 daerah (provinsi) Indonesia yang merupakan anggota Keluarga Silat Nasional Perisai Diri akan berlaga di arena kejuaraan dunia silat yang akan berlangsung di Padepokan Pencak Silat Taman Indonesia Indah pada tanggal 17 - 24 Juli 2010. Kejuaraan dunia yang bertajuk "6 th Perisai Diri International Championship, Jakarta 2010" ini akan memperebutkan Piala Presiden RI.
Kejuaraan International Silat Perisai Diri ini merupakan yang keenam kalinya digelar di Indonesia. Pertama kali diselenggarakan di Semarang pada tahun 1990, kemudian di Surabaya (1995), Denpasar (2003), Yogyakarta (2005) dan yang terakhir di Bandung pada tahun 2007. Dan Insya Alloh di Jakarta 14 Juli.2010.
Melalui tema kejuaraan “Perisai Diri for World Peace” dan visi “Actualization as World Class Martial Arts“ maka kejuaraan dunia silat ini bermaksud mendukung dan menyelaraskan program pemerintah dalam rangka mewujudkan persahabatan antar bangsa maupun perdamaian dunia melalui penyebaran seni dan budaya, yaitu seni dan olah raga pencak silat.
Beberapa Negara telah menyatakan keinginannya untuk hadir dan berpartisipasi dalam laga bergengsi ini. Mereka adalah dari dari Australia, Jerman, Jepang, Perancis, Swiss, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Timor Leste
Nomor-nomor yang akan dipertandingkan adalah versi-versi khas Silat Perisai Diri seperti, tarung bebas (tanpa pelindung badan/full body contact, serang hindar, maupun kerapihan teknik silat. Selain itu juga dipertandingkan versi IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) yaitu Seni Tunggal.
Selain untuk mencari bibit-bibit pesilat baru yang berbakat dan berprestasi, kejuaraan yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Jakarta ini juga diharapkan akan menjadi ajang promosi wisata di wilayah Jakarta dan sekitarnya, baik wisata budaya, wisata sejarah, wisata rekreasi, maupun wisata kuliner.
Sumber: Milist dari Nurjanah
Tingkatan Perisai diri
Tingkatan pesilat Perisai Diri dibagi dalam beberapa tingkatan yang masing-masing ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Secara garis besar, tingkatan tersebut dikelompokkan dalam Tingkat Dasar dan Tingkat Keluarga.
Tingkat Dasar terdiri dari Dasar I (Sabuk Putih), Dasar II (Sabuk Hitam) dan Calon Keluarga (Sabuk Merah). Tingkat Keluarga (Sabuk Merah) terdiri dari beberapa tingkatan yang ditandai dengan warna strip pada badge di dada kiri.
| No | Nama Tingkatan | Lama Pendidikan | Badge / Sabuk |
| DASAR | |||
| 1 | Dasar I | 6 bulan | Sabuk Putih |
| 2 | Dasar II | 6 bulan | Sabuk Hitam |
| 3 | Calon Keluarga | 6 bulan | Sabuk Merah |
| KELUARGA | |||
| 4 | Tingkat I | 6 bulan | Sabuk Merah |
| 5 | 6 bulan | Sabuk Merah | |
| 6 | Tingkat II | 6 bulan | Sabuk Merah |
| 7 | 1 tahun | Sabuk Merah | |
| 8 | Tingkat III (Asisten Pelatih) | 2 tahun | Sabuk Merah |
| 9 | 2 tahun | Sabuk Merah | |
| 10 | Tingkat IV (Pelatih) | 3 tahun | Sabuk Merah |
| 11 | 3 tahun | Sabuk Merah | |
| 12 | Tingkat V (Pendekar Muda) | 3 tahun | Sabuk Merah |
| 13 | Pendekar | - | Sabuk Merah |
Teknik Kombinasi
Senam Teknik Kombinasi merupakan susunan gerak silat Perisai Diri yang dilatihkan kepada pesilat di setiap sesi pelatihan. Sekilas seperti rangkaian jurus di silat pada umumnya, namun Senam Teknik Kombinasi bukanlah rangkaian yang perlu dihafalkan seperti jurus di perguruan silat lain.
Rangkaian gerak Senam Teknik Kombinasi dibuat oleh para pelatih setempat pada saat latihan berlangsung. Rangkaian yang berjumlah antara 5 sampai 10 gerak ini dibuat berdasarkan imajinasi pada saat pesilat melakukan Serang Hindar dengan seorang lawan. Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut dilaksanakan dengan tenaga dan kecepatan maksimal dan diulang sebanyak 50 sampai 100 kali.
Tujuan dari latihan Senam Teknik Kombinasi ini adalah untuk menciptakan kebiasaan dalam melakukan teknik yang benar dan menciptakan refleks yang baik terhadap para pesilat. Latihan ini juga akan membentuk otot-otot para pesilat agar dapat beradaptasi dengan teknik Perisai Diri. Senam Teknik Kombinasi ini selalu berbeda-beda di setiap sesi latihan, baik tangan kosong ataupun menggunakan senjata.
Teknik Senjata
Tujuan dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi pesilat tentang berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik senjata, maka anggota akan cepat beradaptasi dengan berbagai senjata. Sebagai contoh, dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan dan kekurangan dari senjata pendek. Bahkan pesilat akan dapat mengadaptasi benda-benda serupa seperti keris sebagai senjata, atau bahkan pulpen dan pensil. Dengan memahami karakteristik senjata ini pula, seorang pesilat akan mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai macam senjata bila memang keadaan sudah mendesak.
Serang Hindar, Serang Balas dan Beladiri
Dalam latihan Serang Hindar, dua orang pesilat saling berhadapan satu sama lain. Di dekat mereka ada seorang pelatih yang memperhatikan. Seorang pesilat disebut sebagai A dan seorang lagi disebut dengan B. Pelatih memberi aba-aba “hup !”, bersamaan dengan itu A menyerang B dengan satu gerakan, sementara B diam menunggu serangan itu dekat dan kemudian bergerak ke samping untuk melepaskan diri dari serangan A. Pelatih terus memberi aba-aba hingga 10 kali untuk A menyerang B dan B harus menghindar saat serangan A sudah dekat. Setelah selesai, giliran B yang menyerang pada 10 aba-aba kedua.
Itulah salah satu metode latihan berpasangan di silat Perisai Diri yang dikenal dengan sebutan Serang Hindar. Metode Serang Hindar ini telah diformulasikan oleh Pak Dirdjo agar bisa memberi rasa aman bagi kedua pesilat. Selama berlatih, pesilat diminta untuk melakukan serangan dan hindaran yang sesuai dengan pedoman teknik silat Perisai Diri.
Metode berpasangan yang lain di Perisai Diri adalah Serang Balas. Pada metode Serang Balas, dalam satu aba-aba, A akan melakukan serangan terhadap B dan B menghindar, kemudian B membalas menyerang A dan A menghindar. Satu set A serang B hindar dan B balas A hindar, adalah implementasi dari metode Serang Balas. Pada 10 aba-aba pertama, A mendapatkan kesempatan menyerang pertama kali dan B membalas setelah melakukan hindaran sempurna, sementara pada 10 aba-aba kedua akan ditukar oleh pelatih, yaitu B menyerang terlebih dahulu.
Tujuan dari latihan Serang Balas ini adalah untuk melatih pesilat, terutama bagi si penghindar, untuk menghindar ke arah yang sulit dilihat oleh lawan, tetapi akan sangat mudah untuk melakukan serangan balasan. Inilah yang disebut hindaran yang mengunci posisi lawan. Si penghindar juga harus mempelajari bagaimana ia harus meletakkan langkah mereka agar dapat mempercepat serangan balasan berikutnya.
Metode berpasangan lain yang dilatihkan di Perisai Diri adalah Beladiri. Beladiri adalah dimana saat A menyerang dan B menghindar sambil melepaskan serangan ke A. Dalam hal ini, B disebut melakukan Beladiri. Jadi perbedaannya dengan metode sebelumnya adalah, bahwa B tidak melakukan hindaran sempurna baru membalas, namun B melakukan hindaran dan serangan dalam satu gerakan.
Sebagai ilustrasi yang sederhana, misalnya A melakukan pukulan ke arah depan, ketika pukulan tersebut dekat, maka B bergerak ke samping sambil menusukkan buku tangannya ke arah mata. Dalam hal ini, maka B melakukan Beladiri.
Ketiga metode di atas, Serang Hindar, Serang Balas dan Beladiri akan diajarkan kepada pesilat Perisai Diri baik dari tingkat Dasar sampai tingkat yang tinggi sekalipun. Metode ini akan diaplikasikan baik menggunakan tangan kosong ataupun menggunakan senjata seperti pisau, pedang dan toya.
Teknik Asli
Teknik silat Perisai Diri terdiri dari lima tahapan, yakni pengenalan, pengertian, penerapan, pendalaman dan penghayatan. Dalam silat Perisai Diri terdapat Teknik Kombinasi dan Teknik Asli.
Teknik Kombinasi merupakan teknik-teknik di silat Perisai Diri yang berasal dari perguruan-perguruan silat di seluruh Indonesia yang meliputi 156 aliran. Rangkuman teknik silat tersebut kemudian dipilah dan dikelompokkan sesuai dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Kombinasi diantaranya adalah Cimande, Betawen, Bawean dan Jawa Timuran. Di samping itu ada juga Teknik Minangkabau yang diambil dari teknik pencak silat tanah Minang yang dilengkapi dengan beberapa teknik lain.
Teknik Asli dalam silat Perisai Diri sebagian besar digali dari aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi). Dengan kreativitas Pak Dirdjo, yang mirip hanyalah sikap awalnya saja, sedangkan gerakan maupun implementasinya sudah dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat.
Teknik Asli dalam silat Perisai Diri diantaranya yaitu :
1. Burung Meliwis
2. Burung Kuntul
3. Burung Garuda
4. Harimau
5. Naga
6. Satria
7. Pendeta
8. Putri
Teknik Minangkabau
Nama teknik Minangkabau diambil karena gerakan teknik ini mirip dengan tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatra Barat. Salah satu tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan otot belakang. Teknik ini juga memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya bila kita berada pada posisi yang merendah ke tanah.
Untuk menyerang lawan, teknik Minang seringkali mendahului dengan membuka bagian lemah dari badannya dengan gerakan yang lambat. Ini adalah pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih dahulu. Ketika lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang akan bergerak sangat cepat dan keras menghancurkan serangan lawan tersebut dengan sikunya dan dilanjutkan dengan serangan berikutnya.
Teknik Burung Meliwis
Burung Meliwis memiliki ciri khas tersendiri dalam bergerak, yaitu bergerak dengan ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk melatih kecepatan, keringanan tubuh dan membiasakan diri menapak dengan ujung kaki. Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan sendirinya akan melatih otot-otot kaki, betis dan pinggul.
Meliwis menggunakan ujung-ujung jari untuk menyerang lawan. Oleh karena itu, ia hanya akan menyerang bagian-bagian yang sangat lemah seperti mata dan leher. Saat menyerang, Meliwis melontarkan tangannya dengan cepat ke arah lawan dan akan kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga mempersulit lawan untuk menolak.
Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan tangannya untuk menyerang bagian-bagian seperti leher dan dagu. Teknik ini juga menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak dengan cara mengalihkan arah serangan lawan.
Teknik Burung Kuntul
Setelah mempelajari teknik Meliwis, pesilat akan menerima pelajaran teknik berikutnya, Burung Kuntul. Bila saat berlatih Meliwis, pesilat diajarkan untuk bergerak ringan, kini pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga saat bergerak ringan.
Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang bagian lemah, tetapi juga bagian lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu macam tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan.
Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut. Serangan dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola serangan Kuntul tidak pernah lurus kedepan seperti teknik beladiri pada umumnya. Serangan Kuntul selalu mengarah ke samping.
Untuk menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya sedemikian rupa, sehingga lawan menjadi berada di samping saat serangan mencapai target.
Teknik Burung Garuda
Garuda adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Oleh karena itu, dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya, Garuda memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi.
Saat berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang atau menolak. Karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah, tenaga yang dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan Meliwis dan Kuntul.
Garuda menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai perlengkapan dalam menyerang dan menolak. Teknik ini selalu mengembangkan kelima jarinya selebar mungkin untuk memperkuat otot tangan bagian samping.
Target serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan menggunakan sikunya, Garuda akan menotok bagian leher dan mengiris leher tersebut dengan sisi luar tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus merobek kulit lawan. Tidak hanya leher, Garuda juga dapat menyerang ke bagian tengah di antara dua alis mata lawan dan mengirisnya ke sepanjang garis mata.
Dalam jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian lemah lawan ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan jarak pendek ke arah kemaluan lawan.
Untuk melindungi diri dari serangan lawan, Garuda memanfaatkan kaki untuk menolak bagian bawah dan tangan untuk bagian tengah dan atas.
Teknik Harimau
Dibandingkan dengan Garuda, teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik itu tenaga, kecepatan, keuletan, keganasan dan fleksibilitas gerakan.
Teknik ini di adaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia. Kemampuan Harimau lebih baik dibanding Garuda karena teknik ini sudah menggunakan perputaran badan untuk meningkatkan kecepatan dan tenaga.
Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang ataupun tinggi. Pada saat posisi merendah, teknik ini akan melebarkan kuda-kuda agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari lawan, dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan. Pada saat posisi tinggi, teknik ini akan mengincar daerah atas seperti dada dan kepala. Teknik inipun kadang menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala.
Saat menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak tangan, lutut, tumit dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini akan menggunakan perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya. Target sasaran yang menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka, telinga, leher, dada, pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.
Teknik Naga
Naga dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat Perisai Diri. Oleh karena itu, Naga diberikan pada jenjang teknik hewan terakhir di Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk menuju poros tengah lawan saat menghindar, memapas ataupun menyerang. Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik sebelumnya karena teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran badan dan perpindahan berat badan sebagai tambahan tenaganya.
Ditambah lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang telah menduduki tingkatan Asisten Pelatih. Di tingkat ini, mereka mendapatkan pelajaran Pernafasan Tahap 1, yang akan berfokus untuk meningkatkan tenaga. Oleh karena itu, teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena para Asisten Pelatih mengkombinasikan teknik dan pernafasan ke dalam aplikasinya.
Saat menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher, paha dan tangan. Daerah lemah seperti dagu dan kemaluan juga bisa menjadi sasaran serangan apabila daerah tersebut terbuka.
Teknik Satria
Setelah mempelajari teknik hewan, di tingkat ini pesilat akan mulai mempelajari teknik manusia. Teknik yang pertama dipelajari adalah Satria. Pada tingkat ini, pesilat dianggap telah mampu menerapkan seluruh kemampuan dari teknik hewan pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu teknik manusia, Satria akan mulai meninggalkan karakter kehewananannya, seperti liar, buas dan brutal. Satria akan berfikir tepat sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh percaya diri.
Bersamaan dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang pesilat juga menerima pelajaran Pernafasan Tahap 2, yang difokuskan untuk meledakkan tenaga.
Karena kemampuan dari dua tahap Pernafasan tersebut, sifat teknik Satria menjadi penuh dengan rasa percaya diri. Ketika serangan datang, Satria akan menolak, memapas dan merusak perlengkapan serangan lawan dengan memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik Harimau dan Naga.
Teknik Pendeta
Dalam Bahasa Jawa, pandito artinya adalah orang yang selalu memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang lain. Karakter ini pun terbawa ke dalam teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukan kebrutalan dan juga tidak banyak merusak ataupun menghancurkan persendian lawan.
Walaupun kemampuan seorang pesilat yang mempelajari Pendeta tetap memiliki kemampuan seluruh teknik di bawahnya, namun teknik asli ini sendiri tidak akan merusak bila tidak diperlukan.
Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana. Serangannya hanya berpola lurus, dengan jarak yang dekat. Serangan yang dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran badan, atau dikenal dengan istilah Gizoboge.
Perlengkapan yang digunakan saat menyerang adalah kepalan tangan, sisi samping badan, kepala dan tumit. Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal. Sasaran serangan umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian persendian.
Teknik Putri
Teknik Putri adalah teknik tertinggi di Perisai Diri. Karakter dari teknik ini bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba berubah menjadi sangat cepat dan keras, kemudian lembut kembali. Putri menggabungkan seluruh kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik lain. Tenaga yang digunakan bersifat kosong isi. Istilah ini berarti bahwa Putri akan selalu kosong tidak bertenaga, namun di dalam kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan dengan lawan.
Putri seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan. Baik itu menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak. Teknik inipun sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang, sehingga tenaga yang ia keluarkan semakin sedikit. Gizoboge (perputaran badan) selalu diaplikasikan dalam tekniknya ditambah dengan Pernafasan Tahap 3 yang selalu mengiringi geraknya. Serangannya bersifat gelap, yang artinya sulit untuk dilihat lawan.
Putri biasanya hanya bereaksi terhadap serangan lawan. Ia tidak berinisiatif melakukan serangan terlebih dahulu.
Teknik Olah Pernafasan
Ketika pesilat telah menduduki tingkat Asisten Pelatih, ia akan mulai menerima pelajaran teknik olah pernafasan yang berguna baik untuk kebugaran maupun untuk menunjang beladiri. Teknik pernafasan Perisai Diri dibagi menjadi 3 tahap.
Tahap pertama tujuannya untuk menghimpun tenaga. Seorang pesilat akan belajar teknik pernafasan untuk menambah tenaga dan membuat otot-otot menjadi keras. Hal ini untuk meningkatkan tenaga setiap pesilat. Namun pada saat pembelajaran tahap ini, ada kemunduran yang akan dialami dari sisi kecepatan. Bahwa kecepatan si pesilat akan menurun dari kecepatan sebelumnya.
Ketika seorang pesilat telah menyelesaikan latihan Pernafasan Tahap 1, maka ia harus langsung melanjutkannya ke latihan Pernafasan Tahap 2. Pada tahap 2 ini akan di fokuskan untuk meledakkan tenaga. Tenaga yang telah mampu dihimpun sebagai hasil latihan di tahap 1, kini diarahkan untuk di lepaskan dalam bentuk-bentuk teknik, baik serangan, tolakan, papasan dan bahkan hindaran. Dengan melalui proses tahap 2, maka kecepatan seorang pesilat berangsur-angsur akan kembali seperti semula dan bahkan dapat membuat kecepatan semakin meningkat.
Tahap terakhir dari latihan teknik pernafasan ini adalah Pernafasan Tahap 3. Pada tahap 3 akan ditekankan pada implementasi nafas ke dalam seluruh gerakan silat. Setelah implementasi tahap 3, seorang pesilat akan mampu bernafas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan seketika menghasilkan tenaga saat diperlukan. Seluruh pola pernafasan, cara implementasi dan penghayatannya akan dilatihkan pada tahap ini. Oleh karena itu, pelajaran ini hanya akan diberikan kepada Pelatih yang dituntun langsung oleh seorang Pendekar.
Kerokhanian
Beraktivitas, Berolahraga Dan Berprestasi Akan Memacu Perkembangan Remaja Untuk Menjadi Manusia Yang Lebih Baik
Usia 13 - 18 tahun, adalah waktu yg penting bagi anak untuk melakukan berbagai kegiatan dalam berolah raga. Pada masa tersebut, sangat penting bagi setiap anak untuk diperkenalkan ke berbagai macam olah raga, seperti: basket, renang, volley, bela diri dan atletik, agar mereka dapat menemukan olah raga yang mereka senangi.
Selain itu, Pencak Silat sebagai salah satu budaya bangsa Indonesia, telah didukung oleh pemerintah dalam perkembangan-nya. Melalui IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), pemerintah ingin agar perkembangan budaya ini dapat disebarkan di dalam dan luar negeri semaksimal mungkin.
‘Di satu sisi, remaja memerlukan aktifitas olah raga dalam memenuhi kebutuhan fisiknya. Di sisi lain, pemerintah ingin agar Pencak Silat sebagai budaya bangsa berkembang di dalam dan luar negeri. Titik temu untuk mendukung kedua hal tersebut, adalah dengan memasyarakatkan Pencak Silat di kalangan remaja melalui institusi pendidikan, agar menghasilkan remaja yang sehat dan cerdas, yang memiliki bekal budaya yang baik, sehingga dapat menjadi duta bangsa apabila mereka memiliki kesempatan untuk belajar atau bekerja di luar negeri’.
Mengapa Beladiri ?
Masa remaja adalah masa dimana anak mengalami pertumbuhan secara fisik, dimana diperlukan aktivitas olahraga yang dapat membantu perkembangan tubuh mereka seperti renang, lari, lompat dan olah raga yg mengandung gerakan sejenis. Dalam hal ini, silat Perisai Diri memberikan latihan beladiri yang mengandung unsur lompatan, lari dan tenaga, yang dapat membantu pertumbuhan fisik sang anak, untuk terus berkembang.
Selain itu, anak dalam usia tersebut pada umumnya mulai mencari kegiatan yang dapat merangsang perkembangan aggresifitas mereka. Mereka juga akan berusaha untuk meraih suatu prestasi dalam hal olah raga. Bagi mereka, untuk bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dari yang lain adalah sesuatu yang bisa dibanggakan, sehingga dapat menambah rasa percaya diri mereka dalam bersosialisasi di sekolah.
Pada usia tersebut pula, anak memerlukan kegiatan olah raga secara rutin, yang dapat memompa peredaran darah dan oksigen ke otak. Saat berolah raga, darah akan mengalir berputar ke seluruh tubuh, sang anak akan merasakan lelah setelah latihan, yang kemudian dilanjutkan dengan istirahat pada malam harinya, diikuti dengan kesegaran fisik dan fikiran di pagi harinya di waktu mereka melakukan kegiatan belajar di sekolah.
Apa Manfaat Belajar Silat?
Judul di atas pernah menjadi pertanyaan yang dilontarkan seorang remaja putri kepada seorang tokoh silat nasional kita. Saya merasa tertarik untuk menjawab pertanyaan tersebut, akan tetapi baru sekarang berhasil menyusunnya dalam bentuk artikel.
Tidak saja bagi para remaja yang sedang mengalami perubahan jasmani dan rohani yang pesat, melainkan bagi semua golongan usia termasuk orang-orang tua, belajar silat mendatangkan manfaat yang besar, minimal untuk memelihara kesehatan dan kesegaran jasmani.
Demikian pula dalam penggunaan dan penerapannya, beladiri tidak selalu digunakan untuk menjaga diri dalam suatu perkelahian, karena di jaman sekarang tidak semua orang suka berkelahi. Akan tetapi beladiri silat berguna pula untuk hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari di rumah. Contohnya : Apabila kamu menguasai silat, kamu tidak akan terjatuh dengan parah bila terpeleset. Mungkin saja kamu terjatuh, akan tetapi karena refleks hasil latihan sehari-hari, kamu mampu menolong dirimu sendiri pada saat yang tepat. Berikut ini kita coba untuk menganalisa segala manfaat belajar beladiri silat.
Silat sebagai Olahraga
Sebagai salah satu cabang olahraga pada umumnya dan beladiri khususnya, beladiri silat merupakan rangkaian dari gerakan-gerakan badan menurut sistem dan metoda tertentu.
Telah kita ketahui bersama olahraga adalah salah satu cara terbaik untuk memelihara kesehatan jasmani. Silat sebagai salah satu alat berolahraga pun memiliki cara-cara khusus dalam membina kesehatan jasmani. Dengan melakukan teknik tertentu, selain gerakan pemanasan pada umumnya yang ada pada tiap cabang olahraga, silat melatih otot-otot. Demikian pula dengan cara tertentu, silat melatihmu menjadi lebih peka pendengaran dan lebih awas penglihatan, bila dibanding dengan cabang olah raga lain. Selanjutnya, dengan gerakan dan teknik-teknik tertentu pula kamu bisa melatih otot-otot leher serta persendiran tubuh.
Untuk menguatkan alat-alat dalam tubuh kita, termasuk bagaimana cara menambah kesehatan jantung dan paru-paru, kamu akan dilatih pernapasan. Jadi, khusus bagi alat-alat tubuh kita bagian dalam, bukan hanya gerakan tubuh yang menguatkannya, melainkan (dan terutama sekali) latihan bernapas khusus yang baik. Tentu saja hal ini dilatih secara bertahap, tetapi semakin meningkat. Dalam silat ada tahap-tahap tertentu, di mana diajarkan hal-hal yang berhubungan dengan pernapasan tersebut.
Pengertian tentang latihan-latihan yang dapat menguatkan otot-otot, janganlah diarti kan sebagai latihan untuk membesarkan otot. Otot yang kuat tidaklah berarti sama dengan otot yang besar, atau sebaliknya, otot yang besar belum bisa diartikan otot yang mengandung tenaga besar dan kuat. Teknik-teknik tertentu di dalam beladiri silat yang melatih kecepatan dan kelincahan tubuh, jarang sekali membuat otot seseorang menjadi bertonjolan. Bahkan, makin sempurna dan tinggi teknik silat seseorang (termasuk ilmu pernapasan nya), makin sulit orang awam menebaknya sebagai seorang yang ber “isi”. Selain itu, makin sulit pula orang mengira kita menguasai beladiri. Mengapa demikian?! Justru karena otot-otot kita yang tidak tampak menonjol !
Oleh sebab itu, diharapkan kalian terutama remaja putri tidak apriori, bahwa kalau kita belajar silat kelak jadi “kayak cowok”. Contoh remaja putri yang menguasai beladiri silat tapi tak tampak dari luar itu, ialah Anne Rufaidah, gadis Bandung yang pernah menyandang gelar Puteri Remaja Indonesia 1980. Ia salah seorang gadis remaja (waktu itu) yang diam-diam memiliki “kekuatan terpendam”. Dan banyak lagi remaja putri seperti Anne yang tidak berotot layaknya binaragawan. Ia justru nampak halus dan luwes sebagai gadis remaja biasa.
“Akh, buat apa capek-capek!” mungkin demikian pula komentar kalianm, akan tetapi soal capek kiranya apa saja yang menjadi pekerjaan kita yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan menyebabkan kita capek secara fisik, namun tidak secara psikhis. Mengingat tujuannya yang baik, apalagi bila dilakukan dengan gembira, soal capek dapat diatasi dan boleh diabaikan.
Silat sebagai Seni Beladiri Yang Bermutu
Pengertian seni beladiri di sini jangan diasosiasikan dengan seni tari. Walau pun antara keduanya ada persamaan, yakni sama-sama mengandung unsur keindahan gerak dari seluruh tubuh yang harmonis. Kesenian itu menggugah kehalusan dan kepekaan jiwa seseorang. Lalu di manakah letak seninya Silat? Dalam silat yang nyeni bukan saja karena segi miripnya kepada Tarian (dengan adanya kembangan), akan tetapi dilihat dari segi harmonisnya gerakan-gerakan silat itu sendiri. Keselarasan gerakan tubuh dan anggota tubuh pesilat yang menyentuh hati si penonton, menimbulkan rasa kagum orang yang memandang.
Hal ini dapat dilihat para rangkaian gerak yang disebut dengan JURUS dalam Pencak Silat dan Karate (Kata). Jadi, bukan saja keluwesan geraknya yang dianggap “nyeni”, melainkan juga saat pesilat mengerahkan tenaganya, saat ia menampilkan kelincahan dan kegesitannya. Bagaimana ia menyesuaikan irama gerakan-gerakannya, seperti : bagaimana ia memperlambat gerakan-gerakannya pada saat ia melakukan “sikap-sikap” tertentu, bagaimana ia mempercepat gerakan-gerakannya waktu ia menyerang dengan tangan dan kakinya, serta bagaimana pula ia memperagakan gerakan- gerakan menghindar dengan lincah dan ringan.
Dalam Pencak Silat, baik yang berasal dari Jawa Barat (Ibingan), Jawa Tengah maupun dari Tanah Minang, tampak adanya penggabungan seni tari daerah masing-masing dengan tipu-tipu Pencak Silat, sehingga kita lihat “Kembangan” atau “Ibingan” tadi agak mirip dengan tarian-tarian daerah tersebut di atas (Ingat Jaipongan!). Konon, penyamaran beladiri silat ke dalam seni tari daerah, merupakan suatu upaya para Pendekar di jaman penjajahan untuk melestarikan beladiri silat yang diwarisi dari para guru dan leluhurnya.
Manakah yang disebut “Jurus” atau “Kembangan” itu? Kedua istilah itu merupakan rangkaian gerakan-gerakan beladiri yang disusun sesuai dengan aturan dari aliran atau perguruan silat yang menyusunnya. Di dalamnya tercakup gerakan-gerakan menyerang, menghindar maupun bersikap sesuai dengan ajaran-ajaran perguruan silat masing-masing.
“Seni” ini bagi setiap orang tidaklah sama keindahannya, sebagaimana tidak setiap orang punya penghargaan yang sama terhadap lagu-lagu klasik, pop, rap atau dangdut misalnya.
Silat sebagai Alat Bela Diri
Silat sebagai alat bela diri merupakan pengetahuan yang bermutu tinggi. Silat tidak terbatas, baik dalam melakukan serangan, maupun tangkisan. Dari kepala, bahu, siku, lengan, tapak tangan, jari tangan, punggung, pinggang, pantat, paha, lutut, tulang kering, mata kaki, tumit, jari kaki semuanya mendapat jatah latihan secara khusus. Dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki dapat digunakan sebagai senjata terdekat dan ampuh. Menurut para ahli, air liur dan rambut pun bisa dipakai sebagai alat bela diri yang efektif.
Silat berusaha memenuhi tuntutan : “Menyerang semaksimal mungkin dengan resiko sekecil mungkin bagi diri sendiri” (bandingkan dengan Ilmu Ekonomi). Singkatnya, dengan apa yang ada kita gunakan untuk membela diri, jadi harus praktis dan ekonomis !
Seorang pesilat diajar dan dilatih menggunakan senjata. Ia harus mengerti sifat-sifat senjata yang paling sederhana, seperti : Pisau, Pedang, Golok dan Toya (istilah silat untuk tongkat panjang yang disesuaikan dengan tinggi pesilat). Kemudian ia pun diberi pengetahuan tentang senjata-senjata lain. Dari sinilah seorang pesilat mengembangkan pengetahuannya tentang senjata. Mana yang sesuai buat dirinya, serta benda-benda apa saja yang dapat digunakan sebagai senjata saat ia terdesak. Contoh benda-benda yang dapat digunakan sebagai senjata, adalah tas, pasir, penggaris, pensil, sapu tangan, ikat pinggang, bahkan baju atau jacket pun atau buku dapat dipergunakan sebagai senjata “rahasia”.
Silat sebagai Alat Untuk Belajar Menguasai Diri
Umumnya, ilmu beladiri yang baik, mendidik murid-muridnya sanggup menguasai diri, menguasai emosinya. Demikian pula silat. Tak heranlah kita membaca atau mendengar ungkapan “Kalahkan dulu dirimu, sebelum mengalahkan orang lain” atau motto dari beladiri Kempo “Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman”. Semua itu menunjukkan pentingnya belajar menguasai diri. Pesilat dilarang untuk bertindak sewenang-wenang. Secara bertahap ia dilatih menguasai hawa nafsunya, karena memang yang paling sulit adalah bagaimana mengajar seseorang mampu menguasai dirinya.
Pesilat yang baik, harus sanggup mengalah kepada lawannya yang nyata-nyata jauh lebih unggul baik teknik dan prestasinya. Ia pantang melayani nafsunya untuk menang dengan berlaku curang! Ia harus berani mengakui kelebihan lawan dan melihat kekurangan dirinya.
Sifat-sifat baik yang diperolehnya dalam mempelajari beladiri silat, diharapkan tidak hanya berlaku di perguruannya saja, melainkan harus dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu membentuk rasa percaya diri yang tebal dan kepribadian kuat, sehingga segala tekanan dari luar dapat dihadapinya dengan tabah, rendah hati dan damai.
Seorang ahli beladiri yang baik memiliki perasaan yang halus dan rasa perikemanusiaan tinggi. Ia tidak enggan untuk memaafkan seseorang yang telah mengakui dan menyadari kesalahannya.
Silat sebagai Alat Untuk Mengasah Kecerdasan
Di sekolah dasar kita diajar berhitung/matematik, di sekolah lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas kita dilatih untuk berpikir lebih kritis, kemudian di perguruan tinggi kita diajar dan dilatih tentang hubungan-hubungan dalam suatu sistem/keseluruhan. Dalam belajar Silat, kita pun diajar dan dilatih berpikir kritis. Tetapi dengan cara yang khas silat. Kita harus memperhitungkan secara matang gerak-gerik lawan dan menjawab serangan lawan dengan reaksi yang cepat dan tepat. Sebab bila kita terlambat sedikit saja, akan fatal akibatnya bagi kita.
Ada beberapa persamaan antara belajar ilmu gaya dan belajar silat. Dalam silat kita memiliki rumus-rumus tertentu untuk menghindar, menyerang atau membalas suatu serangan, sehingga gerakan kita menjadi efektif dan efisien. Ada momen-momen dalam ilmu gaya yang dapat diterapkan dalam ilmu silat. Misalnya, bagaimana kita dapat menghindari serangan berupa pukulan dan tendangan yang lintasannya seperti lingkaran, sehingga kita berada di luar garis singgung lingkaran tersebut. Atau bagaimana kita menghindari serangan yang lintasannya lurus, yakni dengan bergerak sedikit ke samping dengan cara apa pun, sehingga serangan itu berlalu tanpa kita mengeluarkan tenaga banyak (hukum ekonomi).
Pengertian-pengertian ilmiah semacam inilah yang membuat ilmu beladiri silat menjadi menarik untuk dipelajari dan diselami, sebab Ilmu Silat sekaligus mengasah kecerdasan kita.
Silat Perisai Diri atau yang lebih dikenal PD berdiri pada tanggal 2 juli 1955 oleh Raden Mas Soebandiman Dirjtoatmodjo di Surabaya.
Struktur Organisasi
Surabaya, DKI jakarta, Australia, United Kingdom
2. Wilayah/Instansi/Perguruan tinggi
Jakarta Barat, Timur, Selatan, Utara, Pusat, Tangerang, Bekasi, Depok, PT. PLN, Univ. Indonesia, Univ. Trisakti
3. Ranting Sekolah
SMP 47, SMU 68, SMP LabSchool, etc.
Alamat Sekretariat Perisai Diri
PERISAI DIRI Pusat
PERISAI DIRI DKI Jakarta
Materi Latihan
- Serang Hindar
- Tekhnik Kombinasi
- Tekhnik Asli
Hirarki Tekhnik Asli Perisai Diri :
- Tekhnik Minangkabau
- Tekhnik Burung Meliwis
- Tekhnik Burung Kuntul
- Tekhnik Burung Garuda
- Tehknik Harimau
- Tekhnik Naga
- Tekhnik Satria
- Tekhnik Pendeta
- Tekhnik Putri
- Tekhnik Senjata
Senjata Wajib di Perguruan Perisai Diri ada 3 macam yaitu Pisau, Pedang, dan Toya.
- Tekhnik Pernapasan
History PD
SEORANG mahasiswa tiba-tiba saja terkejut ketika melihat sebuah buku bergambar orang dalam sikap beladiri di salah satu rak buku Toko Gunung Agung, tepat di sisi pojok utara perempatan Tugu, di simpang empat Jalan Jendral Sudirman-Jalan Diponegoro - Jl AM Sangaji – dan Jalan Pangeran Mangkubumi, Yogyakarta. Toko buku itu, pada tahun 1977 merupakan satu-satunya yang terbesar dan terlengkap di Kota Pelajar tersebut. Kini (tahun 2008) toko buku tersebut sudah tidak ada lagi.
Rasa ingin tahunya mendorong ia membuka halaman demi halaman buku itu. Di sana , di buku yang dipegangnya, terlihat dengan jelas aneka foto segala gerak beladiri dalam keterangan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti. Foto-fotonya pun terpampang lugas sehingga dengan sekali melihat, si pembaca akan tahu apa yang dimaksud dan dimaui dengan gerak tersebut.
Itulah gerakan-gerakan beladiri silat. Buku itu seolah mengungkap tuntas sebuah jurus ilmu silat yang oleh banyak perguruan saat itu dianggap amat sangat rahasia dan tabu untuk diperlihatkan orang lain selain murid-muridnya.
Tetapi, di toko itu, pada tahun 1977; bukan hanya satu jurus yang dideretkan di rak tersebut. Ada beberapa buku lain yang berjudul seperti Burung Kuntul, Burung Garuda, dan Harimau. Siapa gerangan pendekar yang berani melanggar tradisi tabu perguruan silat itu?
Dialah Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo – yang kemudian dikenal dengan sapaan Pak Dirdjo atau Pak Dhe -- salah seorang keturunan bangsawan dari Keraton Pakualaman Yogyakarta, putra dari Raden Mas Paku Soerdirdjo.
Pak Dirdjo-lah pendekar yang menobrak tradisi tabu itu. Beliau sengaja menuliskan ilmu silat yang diramunya itu dan kemudian dinamakan aliran silat Perisai Diri. Di dalam buku itu, lengkap dengan foto-foto tentang gerakan teknik silat dan dijual kepada umum pada tahun 1976. Tujuannya hanya satu: berusaha memperkenalkan beladiri silat seluas-luasnya.
Beliau melakukan itu untuk membuktikan bahwa ilmu silat adalah warisan budaya Bangsa Indonesia yang mampu bersaing dengan ilmu beladiri asing lainnya yang berasal dari Jepang, Korea, maupun Cina yang kala itu berkembang pesat di Indonesia. Silat harus dikembangkan dan dicintai oleh Bangsa Indonesia . Jangan sampai silat tidak berkembang karena terkungkung tradisi tabu dan ketradisionalannya.
Upaya Pak Dirdjo itu membuahkan hasil. Silat Perisai Diri akhirnya bukan hanya berkembang di kampung-kampung, namun telah merambah ke kampus-kampus perguruan tinggi, dan sekolah-sekolah. Silat Perisai Diri telah mampu mengubah pandangan masyarakat dari silat yang dianggap “kampungan” menjadi silat “kampusan”.
Perisai Diri tercatat sebagai perguruan silat yang menggelar kejuaraan antar perguruan tinggi di Indonesia sejak tahun 1975. Setelah itu secara rutin Perisai Diri menggelar kejuaraan nasional antar-perguruan tinggi. Dan hingga tahun 2004 lalu, Perisai Diri telah melaksanakan kejuaraan nasional silat Perisai Diri untuk yang ke-23 kalinya!
Merantau
Tampaknya Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil Soebandiman atau Bandiman oleh rekan-rekannya, tidak puas dengan ilmu silat yang ditelah didapatkannya di lingkungan tembok istana Paku Alaman itu. Setelah menamatkan HIK (Hollands Inlandsche Kweekchool -- sekolah setingkat Sekolah Menengah Pertama jurusan guru pada masa itu) di Yogyakarta, Pak Dirdjo yang berusia 16 tahun mulai merantau untuk memperluas pengalaman hidupnya.
Pak Dirdjo melangkahkan kakinya ke arah Timur. Ia menuju Jombang di Jawa Timur. Di sana ia berguru kepada Bapak Hasan Basri dalam ilmu silat, dan belajar ilmu keagamaan dan ilmu lainnya di Pondok Tebu Ireng. Untuk membiayai keperluan hidupnya, ia bekerja di Pabrik Gula Peterongan.
Setelah merasa cukup berguru di Jombang , ia melangkahkan kakinya menuju ke Barat ke kota Solo di Jawa Tengah. Di kota ini ia berguru kepada Bapak Sayid Sahab dalam bidang ilmu silat. Di samping itu ia juga melengkapi ilmunya dengan berguru kepada kakeknya sendiri Ki Jogosurasmo.
Pemuda Soebandiman ini belum puas mereguk ilmu. Ia kembali berguru ke Bapak Soegito yang beraliran silat Setia Saudara (SS). Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan pemuda ini masih belum merasa puas dengan apa yang telah ia miliki. Soebandiman alias Pak Dirjo muda ini meneruskan berguru ke Pondok Randu Gunting di Semarang, ia masih melengkapi ilmu silatnya ke Kuningan di daerah Cirebon , Jawa Barat. Semua ilmu yang didapatnya itu diolah dan melebur dalam dirinya.
Setelah merasa cukup, pemuda yang telah dewasa ini menetap di Banyumas dan mendirikan perguruan silat Eka Kalbu (Eka yang berarti satu hati). Dalam pergaulannya di kalangan ahli beladiri di Banyumas, pemuda ini bertemu dengan seorang suhu bangsa Tionghoa, Yap Kie San, yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie.
Sekali lagi, pemuda yang haus ilmu itu berteman dan berguru kepada Yap Kie San. Selama 14 tahun pemuda ini berguru kepada Yap Kie San. Ada enam saudara perguruannya yang bertahan lama diasuh oleh Suhu Yap Kie San. Empat adalah bangsa Tionghoa, dan dua lainnya dari Jawa yaitu Pak Broto Sutarjo, dan Pak Dirdjo.
Dalam masa perguruannya itu, Suhu Yap Kie San menilai Pak Dirdjo sebagai pemuda yang berbakat. Suhu Yap Kie San menghadiahi Pak Dirdjo sepasang pedang sebagai symbol kecintaan guru kepada murid terkasihnya.
Bak kata pepatah, sejauh-jauhnya burung terbang nanti akan kembali ke sarangnya juga; demikian pula Pak Dirdjo. Beliau akhirnya kembali ke Yogyakarta . Di Kota Budaya ini Pak Dirdjo diminta mengajar ilmu silat di Taman Siswa, sebuah sekolah yang didirikan oleh tokoh pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantoro yang juga pamannya.
Pak Dirdjo tidak begitu lama mengajar silat di Taman Siswa, sebab ia harus bekerja di Pabrik Gula Plered di kawasan Yogyakarta juga. Di pabrik gula ini ia menduduki jabatan Magazie Meester.
Lalu pada tahun 1947-1948, berkat pertolongan dari Bapak Djumali yang bekerja di Departemen Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi pegawai negeri di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Seksi Pencak Silat. Dengan misi mengembangkan silat itu, Pak Dirdjo kemudian mengajar Himpunan Siswa Budaya (sebuah unit kegiatan mahasiswa Universitas Gadjah Mada). Jelas saja para muridnya adalah para mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di kantornya.
Beberapa murid Pak Dirdjo kala itu seperti Mas Dalmono (Ir Dalmono – kabar terakhir ia belajar dan kemudian bekerja di Rusia), Mas Suyono Hadi (Prof DR Suyono Hadi – telah meninggal dunia dan bekerja sebagai dokter dan dosen Universitas Padjadjaran Bandung), serta Mas Bambang Moediono alias Mas Whook.
Ketika tahun 1953 Pak Dirdjo mulai pindah ke Surabaya berkaitan dengan tugasnya sebagai pegawai negeri di Kantor Kebudayaan Jawa Timur Urusan Pencak Silat, maka murid-muridnya di Yogyakarta yang berlatih di UGM maupun di luar UGM bergabung menjadi satu dalam wadah bernama Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia (HPPSI) dengan diketuai oleh Mas Dalmono.
Sementara itu di Surabaya, Pak Dirdjo kembali mengembangkan ilmu silat dalam kursus-kursus silat di lembaganya. Baru pada tanggal 2 Juli 1955, Pak Dirdjo dibantu Pak Imam Ramelan secara resmi menamakan silat yang diajarkan dengan nama Perisai Diri. Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka sebagai Silat Perisai Diri.
Di sisi lain, perguruan Eka Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo secara alami murid-muridnya masih berhubungan dengan Pak Dirdjo. Mereka tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo, dan Yogyakarta . Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah.
Para murid Pak Dirdjo sebelum nama Perisai Diri muncul hingga kini (tahun 2008) masih hidup. Usia mereka berkisar antara 65 tahun hingga 70 tahun lebih dan masih bias dijumpai di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya.
Berbahasa Indonesia
Bahkan dengan nasionalismenya itu, Perisai Diri akhirnya bisa diterima di semua kalangan beragam suku, agama, maupun strata sosial. Dapat dipelajari oleh seluruh penduduk Indonesia yang tinggal di 17.000 pulau.
Motto Perisai Diri “Pandai Bersilat Tanpa Cedera” yang juga bermakna pandai beladiri tanpa cedera, makin membuat beladiri ciptaan Pak Dirdjo bisa dipahami dengan logika. Pecinta beladiri akan mengerti bahwa seorang ahli beladiri memang sulit untuk dicederai lawan. Bisa juga berarti dalam berlatih pun ia tidak akan cedera karena kesalahan sendiri.
Unsur kecepatan dalam beladiri menjadi pegangan Pak Dirdjo. Ia mewajibkan para muridnya mampu melakukan gerakan silat minimal dua gerak dalam satu detik. Gerakan itu bisa berupa serangan, hindaran, tolakan, tebangan, ataupun paduan unsur-unsur itu. Jadilah Perisai Diri menciptakan gaya silat SATU DETIK DUA GERAK.
Istilah satu detik dua gerak itu semula dianggap sepele oleh banyak pendekar maupun pecinta silat. Akan tetapi semakin mereka banyak menyaksikan pertandingan silat yang mulai digelar sejak 1970-an, para pendekar silat maupun pecandu beladiri lain semakin memahami misteri kata “satu detik dua gerak” tersebut. Hanya seorang ahli beladiri nan piawai saja yang mampu bergerak secepat itu.
Sementara diakui atau tidak, nama-nama teknik silat Perisai Diri kini sudah diadopsi di kancah persilatan. Istilah tendangan Sabit, kemudian tendangan T (baca TE), bahkan sapuan; misalnya, sudah menjadi bukti bahwa keinginan Pak Dirdjo terwujud. Istilah itu dipakai di dunia persilatan. Bila kemudian ada beberapa perguruan baru muncul dengan menggunakan teknik Perisai Diri, itupun tidak pernah dipermasalahkan. Mungkin, para murid Pak Dirdjo pun -- tanpa setahu mereka --, kini memiliki lebih banyak saudara perguruan karena menyerap ilmu yang sama dengan nama perguruan yang berbeda.
Ada 19 macam teknik tangan kosong yang disebut teknik asli di Perisai Diri seperti Jawa Timuran, Minangkabau, Betawen, Cimande, Burung Mliwis, Burung Kuntul, Burung Garuda, Kuda Kuningan, Lingsang, Harimau, Naga, Satria Hutan, Satria, Pendeta, Putri Bersedia, Putri Sembahyang, Putri Berhias, dan Putri Teratai.
Bukan melulu teknik tangan kosong, para murid pun diajari berbagai senjata mulai dari pisau, pedang, toya, senjata lempar, sampai dengan pengembangan dari senjata-senjata itu seperti rantai, cambuk, tombak, dan lain-lainnya.
Pak Dirdjo selalu berpesan kepada murid-muridnya agar menguasai ilmu silat haruslah dengan cara mendaki dan memanjat, bukan dengan melompat. Untuk memahami ilmu silat memang memerlukan kerajinan, ketekunan, kesungguhan, dan disiplin.
Pak Dirdjo wafat usia 70 tahun, ditunggui para muridnya di Surabaya pada 9 Mei 1983. Pada tahun 1986, beliau mendapat gelar Pendekar Purna Utama dari Pemerintah Republik Indonesia .
Niat Pak Dirdjo untuk mengembangkan silat akhirnya tercapai juga. Meskipun ia belum bisa menikmati kejayaan murid-muridnya di arena beladiri silat, namun secara pasti teknik Perisai Diri ciptaannya telah merajai di beberapa pertandingan silat secara internasional.
Nama-nama seperti Joko Widodo, Herina (asal Yogyakarta), Tony Widya (Jakarta), Tri Wahyuni (Malang), Wadiah (Mataram), Suryanto, Samiaji (Bandung), A Triya (Surabaya), mampu malang melintang di kejuaraan internasional pencak silat sejak kejuaraan internasional itu digelar tahun 1987 hingga 1995.
Keharuman nama Perisai Diri masih dilanggengkan oleh pesilat Made Arya Damayanti, Ayu Ariati, Ni Nyoman Suparniti, dan I Nyoman Yamadhiputra ( Bali ) pada periode 1995 - 2005. Arena nasional hingga dunia mereka jelajahi dengan teknik Perisai Diri dengan memperoleh medali emas.
Pendekar pendobrak tradisi tabu itu pula yang akhirnya mampu meyakinkan orang-orang Eropa seperti Belanda (1970), Jerman (1983), Inggris, Swiss (1999), Hongaria, Australia (1979), Amerika Serikat (2000), Thailand (1995), Filipina (1995), bahkan Jepang (1996) untuk mempelajari Silat Perisai Diri. Silat mudah diterima, bisa dilogika. Silat sudah mendunia.
Lagi-lagi, di luar Indonesia, murid-murid Pak Dirdjo di Eropa, Amerika, dan Australia mampu menunjukkan bahwa beladiri khas Indonesia itu mampu mengibarkan benderanya di pertarungan antar-aliran beladiri di sana.
Tidak mengherankan jika penulis aliran beladiri seperti Donn F Draeger menulis silat Perisai Diri dalam bukunya The Weapons and Fighting Arts of Indonesia pada tahun 1972. Akan tetapi ia belum puas. Jika dalam buku pertamanya ia menulis beberapa gaya perguruan pencak silat di Indonesia; maka ia kembali mengupas lebih dalam untuk silat Perisai Diri pada buku keduanya yang berjudul: Javanese Silat: The Fighting Art of Perisai Diri pada tahun 1978.
Penjelasan secara detil disertai bukti praktik dalam bersilat yang ditunjukkan Pak Dirdjo yang membuat Draeger bertekuk-lutut mengakui bahwa Perisai Diri memang layak mendapat tempat khusus. Foto-foto Pak Dirdjo dalam bersilat ditemani para muridnya di Surabaya memenuhi halaman buku keduanya tersebut.
Tidak berlebihan jika saat ia dipanggil Tuhan Yang Maha Esa, jumlah muridnya yang tersebar di Indonesia dan beberapa negara telah mencapai 50.000 lebih sehingga menempatkan Perisai Diri sebagai salah satu perguruan besar di antara 800 perguruan silat di Indonesia. (***)
Minggu, 11 Juli 2010
Sejarah Perisai Diri
Pak Dirdjo (panggilan akrab RM Soebandiman Dirdjoatmodjo) lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Pakoe Alam. Beliau adalah putra pertama dari RM Pakoesoedirdjo, buyut dari Pakoe Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan daerah Pakoe Alaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar menari di Istana Pakoe Alam sehingga berteman dengan Wasi dan Bagong Kusudiardjo.
Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil dengan nama Soebandiman atau Bandiman oleh teman-temannya ini, merasa belum puas dengan ilmu silat yang telah didapatkannya di lingkungan istana Pakoe Alaman itu. Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, pada tahun 1930 setamat HIK (Hollands Inlandsche Kweekchool) atau sekolah menengah pendidikan guru setingkat SMP, beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki. Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur.
Di sana beliau belajar silat pada Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping belajar, beliau juga bekerja di Pabrik Gula Peterongan untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar silat pada Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki Jogosurasmo.
Beliau masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan Pak Dirdjo masih belum merasa puas dengan apa yang telah beliau miliki. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.
Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat beliau tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang. Beliau yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak Dirdjo lalu menetap di Parakan, Banyumas, dan pada tahun 1936 membuka perkumpulan pencak silat dengan nama Eka Kalbu, yang berarti satu hati.
Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Yap Kie San adalah salah seorang penerus ilmu beladiri ajaran Louw Djing Tie. Menurut catatan sejarah, Louw Djing Tie merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan, baik di Tiongkok maupun di Indonesia, dan salah satu tokoh utama pembawa beladiri kungfu dari Tiongkok ke Indonesia. Dalam dunia persilatan, Louw Djing Tie dijuluki sebagai Si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini murid-murid penerus Louw Djing Tie di Indonesia mendirikan perguruan kungfu Garuda Emas.
Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Yap Kie San selama 14 tahun. Beliau diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui pertarungan persahabatan dengan murid Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo, Yap Kie San tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid.
Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari Yap Kie San. Murid Yap Kie San yang sanggup bertahan hanya enam orang, diantaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa, yaitu Pak Dirdjo dan Brotosoetarjo yang kemudian mendirikan perguruan silat Bima (Budaja Indonesia Mataram). Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap Kie San, Pak Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu.
Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro (Bapak Pendidikan) yang masih Pakde-nya, meminta Pak Dirdjo melatih di lingkungan Perguruan Taman Siswa di Wirogunan. Di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa, Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan sebagai Magazie Meester di Pabrik Gula Plered.
Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Seksi Pencak Silat yang dikepalai oleh Mochammad Djoemali. Dengan tekad mengembangkan silat, beliau mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di kantornya. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu diantaranya adalah Ir. Dalmono yang saat ini berada di Rusia, almarhum Prof. Dr. Suyono Hadi (dosen Universitas Padjadjaran Bandung), dan Bambang Moedjono yang di kalangan pencak silat dikenal dengan nama panggilan Mas Wuk.
Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Propinsi Jawa Timur di Surabaya. Murid-murid beliau di Yogyakarta, baik yang berlatih di UGM maupun di luar UGM, bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Ir. Dalmono.
Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Di Surabaya, Pak Dirdjo kembali mengembangkan ilmu silat dalam kursus-kursus silat di lembaganya. Di sinilah, dengan dibantu oleh Imam Ramelan, beliau mendirikan Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955.
Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka sebagai silat Perisai Diri. Di sisi lain, murid-murid perguruan silat Eka Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo masih berhubungan dengan beliau. Mereka tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo dan Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah. Murid-murid Pak Dirdjo sebelum nama Perisai Diri muncul hingga kini (tahun 2008) masih hidup. Usia mereka berkisar antara 65 tahun hingga 70 tahun lebih dan masih bisa dijumpai di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya.

Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu silat Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera", Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.
Tanggal 9 Mei 1983, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia. Untuk menghargai jasanya, pada tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi RM Soebandiman Dirdjoatmodjo.
saya minta maaf ya posting tetangga sebelah saya copi dari bungasepasang.blogspot.com(maaf ya mas)

